Senin, 27 Oktober 2014

Panggilan sebagai Penari

Ngomong-ngomong soal nari, aku nggak ada basic dan bakat sama sekali. Dulu, waktu SMP aku memang pernah menari, tapi itu modern dance dan cuma sedikit aja.
Jadi, waktu Tuhan memanggil aku jadi penariNya, aku kaget luar biasa. Waktu itu awalnya aku mau latihan musik di tempat markas Pasukan Rajawali. Waktu doa sebelum latihan dimulai, aku merasakan hadirat yang luar biasa membakar roh dan hatiku. Aku terus menangis. Sehabis doa, ketua ku tiba-tiba bertanya "Kamu pernah nari ya?" Aku kaget ditanya begitu. Tapi terus aku jawab apa adanya kalau aku memang pernah menari dulu waktu SMP. Dan ketuaku bilang kalau Tuhan kasih tahu dia soal itu. Lalu aku disuruh belajar menari.
Malam itu aku pulang ke rumah, aku doa tanya Tuhan apa benar Tuhan panggil aku jadi penari? Dan Tuhan bilang iya. Ya udah aku nggelinding wae. Lakukan aja apa yang Tuhan suruh.
Itu jubah panggilan sekaligus jubah tariku. Aku membuat jubah itu jauh-jauh hari sebelum aku menjadi penari. Aku tahu akhirnya kenapa Tuhan suruh aku buat jubah.
Unsur yang dominan dari jubahku adalah unsur imam, karena memang panggilan ku adalah imam. Jubah itu selalu mengingatkan aku akan panggilanku yang harus aku tuntaskan untuk kemuliaan Tuhan, juga mengingatkanku untuk tetap rendah hati. Jubah pelangi yang melambangkan hadirat Tuhan, dimana hadirat itu harus aku hadirkan dimanapun aku berada.
Foto diatas itu foto waktu aku menari di acara Tarian 24 jam bulan Mei lalu. Kami tim dr Solo, AOC, JKI, dan Mahanaim bergantian menari selama 24 jam nonstop. Itu merupakan pengalaman yang sangat mengesankan buatku. Aku merasakan hadirat Tuhan yang luar biasa sepanjang menari. Itu adalah penampilan tariku yang pertama dan langsung di acara besar. Aku benar-benar bersyukur pada Tuhan. Sayang, pada saat itu jubah ku belum 100% selesai. Jadi aku memakai jubah pinjaman dr JKI Injil Kerajaan Semarang. Tapi nggak papa. Yang penting bukan apa yang kita pakai di luar, tapi apa yang kita pakai di dalam hati kita. Apapun jubahnya, tetap nomor satu adalah passion, cinta, dan kerendahan hati kita.
Nah, foto yang ini diambil waktu aku menari untuk yang kedua kali. Waktu itu Ps. Darrel Stott dr Amerika datang ke Solo di gereja GPPS Mahanaim. Aku mendapat jatah bersama beberapa teman untuk menari di acara tersebut. Kali ini, jubahku sudah selesai dibuat dan sudah aku pakai perdana untuk menari. Rasanya campur aduk nggak karuan. Sukacita, deg-degan, nyampur jadi satu. 
Kendala pada saat itu adalah tidak adanya kesempatan untuk latihan bersama. Kami hanya latihan sendiri-sendiri aja di rumah. Dan benar, pada waktu hari H acara, tarian kami agak sedikit kacau. Beberapa diantara kami yang lupa gerakan dan nggak seirama. Tapi tetap Tuhan Yesus itu baik. Dia tetap menyertai kami sepanjang menari. Dan sekali lagi, Tuhan hadir.

Foto yang satu ini, bisa dibilang foto teririt yang pernah ada. Hahaha. Foto itu diambil belum lama, tepatnya tanggal 17 Oktober kemarin waktu aku menari di acara Seminar Kebangunan Rohani bersama hambaNya Pdt. Petrus Agung Purnomo di Gedung Grha Anugerah Solo. Selesai acara, para penari sudah kecapekan dan kepanasan. Memang udara kota Solo akhir-akhir ini panasnya luar biasa. Jadi, semua sudah melepas jubahnya masing-masing. Dua penari yang aku ajak foto itu juga sebenarnya mau melepas jubahnya, tapi aku ajak foto dulu sebentar. Biar capek harus tetep eksis dong ya. Hahaha.
Menari yang kali ini, semua berjalan nyaris mulus tanpa hambatan. Kami punya cukup banyak waktu untuk latihan dan bahkan sempat berkumpul bersama seluruh tim penari untuk doa bersama sebelum melakukan tugas. Lagi, lagi, dan lagi, Tuhan menyatakan kehadiranNya, walaupun kali ini dengan cara yang berbeda dan sempat membuat kami bingung. Tapi, tetap amazing! Luar biasa!

Tidak ada komentar: